Tradisi Menggantung Kaki Kambing Di Karang Agung: Eksplorasi Kearifan Lokal, Warisan Leluhur, Makna Simbolis, dan Relevansinya Dalam Nilai-Nilai Hadis Nabi Saw

Hari Nur Evendi; Muhajirin

doi:10.61994/taqrib.v2i2.836

Authors

Hari Nur Evendi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Muhajirin Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

DOI:

https://doi.org/10.61994/taqrib.v2i2.836

Keywords:

Tradisi , Kaki Kambing Kearifan Lokal , Warisan Leluhur , Simbolis , Hadis Nabi

Abstract

Tradisi menggantung kaki kambing di Karang Agung memiliki nilai historis, sosial, dan spiritual sebagai ungkapan syukur dan simbol kebersamaan. Tradisi ini dimulai dengan kenduri, pemberian sedekah, dan menggantung kaki kambing di perahu baru sebagai perlindungan. Meskipun ada pandangan agama yang mengaitkannya dengan praktik tolak bala, masyarakat menyelaraskannya dengan ajaran Islam melalui doa dan kenduri. Penelitian kualitatif-deskriptif dan etnografi menunjukkan bahwa tradisi ini memperkuat identitas budaya, harmoni sosial, dan dapat ditafsirkan ulang dalam kerangka tauhid, menjadi simbol kebersamaan dan keberkahan.

References

Bedu Muin, wawancara langsung di Suka Mulia, 7 Desember 2024, mengenai pelaksanaan tradisi menggantung kaki kambing di Karang Agung.

Eny Junyanti, & Ika Septiana. (2024). Penyembelihan Wedhus Kendit di Tanggul Jebol Demak: Mitos, Perspektif Teologi dan Sosio-Kultural Masyarakat Jawa. Morfologi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra Dan Budaya, 2(4), 221–233. https://doi.org/10.61132/morfologi.v2i4.819

Fauziah, A. S., Taufiqurrohman, E. S., Hanafi, H., & Kurniawan, I. (n.d.). DAN PENERAPAN HUKUM ISLAM.

Hafid, A., & Raodah. (2019). Makna Simbolik Tradisi Ritual Massorong Lopi-Lopi Oleh Masyarakat Mandar Di Tapango, Kabupaten Polman, Provinsi Sulawesi Barat Symbolic Meaning in Ritual Tradition of Massorong Lopi-Lopi By Mandar Community in Tapango, Polman Regency, West Sulawesi Provin. WALASUJI: Jurnal Sejarah Dan Budaya, 10(1), 33–46. https://media.neliti.com/media/publications/292861-makna-simbolik-tradisi-ritual-massorong-0440b4f0.pdf

Juniani, E., & Dora, N. (2024). 2024 Madani : Jurnal Ilmiah Multidisipline Tradisi Bondang : Kearifan Lokal dalam Menanam Padi di Desa Silo Lama , Kabupaten Asahan 2024 Madani : Jurnal Ilmiah Multidisipline. 1(12), 837–843.

Madriani, R. (2021). Living Teologi Tradisi Tolak Bala Bepapas pada Masyarakat Desa Parit Setia Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin, 1(3), 260–285. https://doi.org/10.15575/jpiu.12242

Mubarak, A. (2024). Tradisi Ma’baca Baca sebagai Refleksi Keimanan Masyarakat Suku Bugis. Fahima, 3(1), 49–67. https://doi.org/10.54622/fahima.v3i1.145

Muhammad Yusuf, Sri Rahayu, & Muhammad Amin. (2023). Tradisi Baritan Masyarakat Muslim Pedesaan Wonosobo: Dialektika Komunitas-Struktur Perspektif Victor Turner. Bulletin of Indonesian Islamic Studies, 2(2), 147–168. https://doi.org/10.51214/biis.v2i2.597

Muklasin, wawancara dengan tokoh agama di Sukaraja, 7 Desember 2024, mengenai pandangan agama terhadap tradisi menggantung kaki kambing di Karang Agung.

Nasruddin. (2021). Kajian Kritis Akulturasi Islam dan Budaya Lokal. Rihlah: Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan, 9(1), 27–28.

Rosyid, M. (2019). Islam dan Kearifan Lokal: Kajian Tradisi Khoul Sunan Kudus. 19(2), 279–296.

Sairan, wawancara dengan masyarakat umum di Karang Anyar, 8 Desember 2024, mengenai pandangan masyarakat terhadap pelestarian tradisi menggantung kaki kambing.

Ummah, M. S. (2019). POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN. In Sustainability (Switzerland) (Vol.11, Issue 1). http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI

Umro’atin, Y., & Nurcahyaningtias, N. D. (2022). Penerapan Nilai Spiritual Dalam Tradisi Kenduri Hari Raya Sebagai Wujud Kearifan Lokal Pasca Pandemi (Studi Fenomenologis di Desa Sendang Jambon Ponorogo). Jurnal Penelitian, 16(2), 319. https://doi.org/10.21043/jp.v16i2.16392